Senin, 05 Juni 2017

LOTENG

Setitik cahaya terik masuk melalui celah-celah atap kayu yang sudah berlubang itu.
Dengan gerakan gelisah ia terbangun, menarik selimut tipis didekat nya agar ia bisa tertidur kembali.
Namun percuma, matanya tak mau terpejam.
Mata yang sembab dengan tatapan sayu itu terbuka.
Terlihat jejak tangis mengering diantara pelupuk mata indahnya.

"Kapan mereka akan menjemputku?"

"Kapan dia akan menjemputku?"

Itu yang selalu ia tanyakan di dalam hatinya.
Seolah kaset rusak yang terus berulang-ulang.
Membuatnya kembali menghela napas panjang.

Benar, ia lelah.
Tubuh kecilnya hanya bisa terisak tertahan menatap langit-langit loteng reyot rumah itu.

Benar, ia hanya bisa diam,
Tak dapat memberontak.

Benar, ia hanya seorang diri. Terperangkap di kegelapan dan dilupakan.

Dia kesepian.

Diloteng itu ia meringkuk dalam kesendirian.

0 komentar:

Posting Komentar